Kamis, 05 Juni 2014

KLASIFIKASI BERMAIN

 
Bermain dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu berdasarkan isi permainan dan berdasarkan klasifikasi sosialnya.
Menurut isi permainan, bermain dibagi menjadi enam jenis yaitu :
1.     Social of Affective Play
Sosial affective play : hub interpersonal yg menyenangkan antara anak dgn orla (EX : ciluk Baa. Dalam permainan ini, anak belajar memberi respon terhadap stimulus yang diberikan olehlingkungan.
Contoh : Orang tua mengajak bermain ciluk baa, maka anak memberi respon tertawa, tersenyum.
2.      Sense of Pleasure Play
Sense of pleasure play : permaianan yg sifatnya memberikan kesenangan pada anak (EX : main air dan pasir. Anak memberi perhatian, menstimulasi indera mereka dan memperoleh kesenangan dari objek yang ada di sekitarnya. Objek tersebut seperti : cahaya, warna, rasa, aroma, tekstur, dan konsistensi dari suatu benda. Kesenangan tersebut dapat diperoleh dengan memegang objek tersebut.Contoh : anak bermain boneka yang mengeluarkan suara apabila di goyang.
1.    Skill Play
Skiil play : permainan yg sifatnya memberikan keterampilan pada anak (EX: naik sepeda).
Permainan ini memberi kesempatan pada anak untuk belajar keterampilan tertentu dan anak akan belajar secara berulang-ulang. Contoh : anak belajar memegang sendok berukuran kecil.
2.    Unoccupied behaviour
Unoccupied behaviour: anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi situasi atau objek yang ada disekelilingnya , yg digunakan sebagai alat permainan (EX : jinjit jinjit, bungkuk- bungkuk, memainkan kursi, meja dsb).Anak tidak bermain scara penuh, namun hanya berfokus sebentar pada hal-hal yang menarik perhatiannya. Contoh : anak memukul-mukul meja atau kursi yang dilewatinya.
3.    Dramatic Play
Dramatik Role play : anak bermain imajinasi/fantasi (EX : dokter dan perawat)
Anak berfantasi dengan menjalankan peran tertentu yang mereka lihat dalam kesehariannya. Contoh : anak bermain sebagi dokter, atau bermain dagang-dagangan.
4.    Games
Games : permaianan yg menggunakan alat tertentu yg menggunakan perhitungan / skor (EX : ular tangga). Anak memilih jenis permainan apakah permainan yang melibatkan orang lain atau anak bermain sndiri. Contoh : anak bermain puzzel gambar atau menyusun lego.
Isi permainan terutama meliputi aspek bermain fisik, meskipun hubungan social tidak dapat diabaikan, kecendrungannya dari sederha ke kompleks:
a.     Permainan Sosial-Afektif
Permainan ini membuat bayi merasakan kesenanga dalam berhubungan dengan orang lain. Berbagai cara yang dilakukan orang dewasa yang bisa membuat bayi berespon (seperti bicara, menyentuh, mencium)  membuat bayi segera belajar menstimulasi emosi dan merespon orang tua dengan cara tersenyum, mengeluarkan suara, memulai permainan, dan aktifitas.
b.        Permainan Rasa-senang
Merupakan pengalaman stimulasi nonsosial yang muncul begitu saja. Objek dalam lingkungan  seperti sinar, warna, rasa, bau, dan tekstur menarik perhatian anak, merangsang indra mereka dan memberikan kesenangan. Pengalaman rasa senang berasal ari memegang bahan mentah seperti air, gerakan tubuh seperti diayun, dan dari pengalaman lain yang menggunakan indra dan kemampuan tubuh.
c.      Permainan keterampilan
Bayi yang telah mampu menggenggam dan memanipulasi, mereka akan menunjukkan dan melatih kemampuan yang baru mereka kuasai secara terus-menerus dan berulang-ulang.
Kemuadian anak akan bertekad untuk berhasil menunjukkan keterampilan sulit yang menimbulkan nyeri dan frustasi, misalnya belajar naik sepeda.
d.     Perilaku unoccupied
Anak tidak bermain, tetapi memfokuskan perhatian mereka pada hal yang menarik. Misalnya dengan melamun, memainkan pakian, atau berjalan tampa tujuan.
e.     Permainan dramatic  (simbolik) atau pura-pura
Permainan ini dimulai pada usia bayi akhir (11-13 bulan) dan merupakan permainan dominan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun). Pada tahap ini anak mulai memaknai situasi, manusia,  dan dunia. Mainan anak, dan replica benda-benda dapat dijadikan sebagai media untuk memerankan aktivitas orang dewasa misalnya memerankan perang oarng-orang di rumahnya, berperan memakai telepon, menaiki mobil-mobilan, bahkan bisa berkembang pada aspek diluar rumah seperti memerankan peran guru, dokter, perawat dan lain-lain. Aktitas orang dewasa  yang mereka perankan terkadang membuat mereka bingung dan stress. Anak  yang lebih besar menjalankan tema tertentu, memerankan sebuah cerita, dan menyusun drama itu sendiri.
f.         Permainan Game
Permainan yang dlakuakn seorang anak bisa sendirian saja ataupun dengan orang lain. Aktifitas soliter mencangkup permainan yang dimulai ketika anak yang masih sangat kecilberpartisipasi dalam aktifitas repetitive dan berlanjut ke permainan yang lebih rumit yang menatang keterampilan mendiri mereka, seperti menata Puzzle dan bermain kartu. Anak yang sangat muda berpartisispasi dalam permainan imitative sederhana seperi “petak umpet”. Anak prasekolah belajarmenikmati permainan formal  yang dimulai dengan permainan pertahanan diri yang ritual dimainkan seperti permainan ring-a-rosy and London Bridge. Anak prasekolah tidak terlibat dalam permainan kompetitif sebab mereka tidak suka dengan kekalahan, akan curang untuk mendat kemenangan, akan berusaha mengubah aturan main, membuat berbagi pengecualian dan kesempatan untuk dirinya. Anak usia sekolah menikmati permainan yang kompetitif seperti bermain catur, dan baseball.

KLASIFIKASI BERMAIN  MENURUT SOSIAL:
1.      Onlooker Play
Onlooker play : anak hanya mengamati temannya yg sedang bermain, tanpa ada inisiatif utk ikut berpartisifasi dlm permainan(EX : Congklak).
Anak hanya mengamati hal yang menarik perhatiannya tanpa mau terlibat atau anak hanya menjadi penonton yang aktif. Contoh : anak mengamati anak-anak lain bermain sepeda.
2.     Solitary Play
Solitary play : anak tampak berada dlm klp permaianan, tetapi anak bermain sendiri dgn alat permainan yg dimilikinya. Anak asyik bermain sendirian, namun terdapat anak lain dengan mainan yang berbeda tetapi dalam area yang sama.
3.        Parallel Play
Parallel play : anak menggunakan alat permaianan yg sama, tetapi antara satu anak dgn anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu dgn lainya tida ada sosialisasi. Jenis permainan ini biasanya dilakuan oleh toddler atau balita, dimana masing-masing anak memiliki mainan yang sama, berada dalam satu area, namun tidak ada interaksi dan tidak saling bergantung pada anak.
Contoh : anak mengamati anak-anak lain bermain sepeda.
4.        Assosiative Play
Associative play : permeianna ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dgn anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin.
Merupakan tipe bermain dimana anak bermain dalam kelompok, dengan aktivitas yang sama, dapat saling meminjamkan mainan, tetapi belum teorganisir dengan baik. Anak bermain sesuai keinginan masing-masing. Contoh : anak bermain robot-robotan, mobil-mobilan, anak bermain masak-masakan.
5.        Cooperatif Play
Cooperative play : aturan permainan dlm klp tampak lebih jelas pada permaiann jenis ini, dan punya tujuan serta pemimpin (EX : main sepak bola). Merupakan tipe bermain dimana anak bermain dalam kelompok dengan permainan yang terorganisir, terencana dan ada aturan tertentu. Contoh : anak bermain petak umpet.


       Menurut karakter Sosial Permainan:
Interaksi permainan pada masa bayi adalah antara anak dan orang dewasa. Selanjutnya interaksi dengan teman sebaya menjadi hal yang penting dalam sosialisasi. Bayi yang egosentris  dan toddler (usia 1-3 tahun) tidak menoleransi penolakan atau penundaan, serta campur  tangan.anak usia 5-6 tahun, mampu kompromi dan panengah perselisihan. Tipe-tipe permainannya yaitu:
a.        Permainan pengamat
Anak memperhatikan aktifitas dan interaksi anak lain dengan minat aktif tampa terlibat dan berpartisipasi.
b.         Permainan tunggal
Anak bermain sendiri dengan mainan yang berbeda dengan anak yang lain ditempat yang sama. Mereka asik sendiri tampa berniat mendekati atau berbicara dengan anak yang lain.
c.          Permainan parallel
Anak bermain secara mandiri diantara anak-anak lain dengan mainan yang sama. Mereka tampak kimpak, tetapi tidak saling mempengaruhi, t idak ada assosiasi kelompok, dan tidak bermain bersama
d.        Permianan assosiatif
Anak bermain bersama,  mengerjakan aktifitas serupa dan sama, tetapi tidak ada organisasi, pembagian kerja, penetapan pemimpin, atau tujuan bersama. Anak meminjam dan meminjami material permainan, saling mengikuti dengan mengendarai wangon, dan sepeda roda tiga. Kadang mengontrol siapa yang boleh bergabung dan siapa yang tidak boleh bergabung dalam kelompok itu.
e.     Permainan cooperative
Anak bermain secara berkelompok, mendiskusikan dan merencanakan  aktifitas untuk pencapaian akhir. Terdapat rasa saling memiliki dan tidak memiliki yang nyata. Tujuan dan pencapaiannya memerlukan pengorganisaian aktifitas, pembagian kerja dan peran bermian.

 BENTUK-BENTUK  PERMAIANAN  BERDASARKAN  KELOMPOK  USIA :

A.    Umur 1 bulan (sense of pleasure play).
 - Visual :dpt melihat dgn jarak dekat
 - Audio : berbicara dgn bayi
 - Taktil : memeluk, menggendong
 - Kinetik : naik kereta, jalan-jalan.
B.     . Umur 2-3 bln
 - Visual : memberi objek terang,membawa bayi keruang yang berbeda .
 - Audio :berbicara dgn bayi,memyanyi
 - Taktil : membelai waktu mandi, menyisir rambut.
        C.    Umur 4-6 bln
       - Visual : meletakkan bayi didepan kaca, memebawa bayi nontong TV.
       - Audio : mengajar bayi berbicara, memanggil namanya, memeras kertas.
       - Kinetik : bantu bayitengkurap, mendirikan bayi pada paha ortunya.
       - Taktil : memberikan bayi bermain air.
        D.      Umur 7-9 bln
       - Visual : memainkan kaca dan membiarkan main dgn kaca serta berbicara sendiri.
       - Audio : memanggil nama anak, mngulangi kata-kata yg diucapkan seperti:mama,papa
       - Taktil : membiarkan main pada air mengalir.
       - Kinetik : latih berdiri, merangkap, latih meloncat.
E.      Umur 10-12 bln
       - Visual : Memperlihatkan gambar terang dlm buku.
       - Audio : membunyikan suara binatang tiruang, menunjukkan tubuh dan menyebutnya.
       - Taktil : membiarkan anak merasakan dingin dan hangat, membiarkan anak merasakan
                  angin.


       - Kinetik : memberikan anak mainan besar yg dapat ditarik atau didorong, seperti:sepe
                  da atau kereta
       - Kinetik : latih berdiri, merangkap, latih meloncat.
F.      Umur 2-3 tahun
      - Paralel play dan sollatary play
      - Anak bermain secara spontan, bebas, berhenti bila capek, koordinasi kurang (sering
                 merusak mainan
      - Jenis mainan :boneka,alat masak,buku cerita dan buku bergambar.
      - Associative play , dramatik play dan skill play.
      - Sudah dapat bermain kelompok
      - Jenis mainan : roda tiga, balok besar dgn macam-macam ukuran.
H.     Usia sekolah
      - Cooperative play
      - Kumpul prangko, olra.
I.      Masa remaja
      - Anak lebih dekat dgn kelompok
      - Olra, musik,komputer, dan bermain drama

DAFTAR PUSTAKA

Bates, Barbara. 1997. Buku Saku Pemeriksaan fisik dan Riwayat Kesehatan. Edisi 2. Jakarta: EGC

Hidayat, Aiziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu keperawatan Anak. Buku 1. jakarta: Salemba Medika.

Sacharin, Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Wong, Donna L. 2003 Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. jakarta: EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar