Bermain dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu
berdasarkan isi permainan dan berdasarkan klasifikasi sosialnya.
Menurut isi permainan, bermain
dibagi menjadi enam jenis yaitu :
1. Social of Affective Play
Sosial affective play : hub
interpersonal yg menyenangkan antara anak dgn orla (EX : ciluk Baa. Dalam permainan ini, anak belajar
memberi respon terhadap stimulus yang diberikan olehlingkungan.
Contoh : Orang tua mengajak bermain
ciluk baa, maka anak memberi respon tertawa, tersenyum.
2.
Sense of Pleasure
Play
Sense of pleasure play : permaianan yg sifatnya memberikan
kesenangan pada anak (EX : main air dan pasir. Anak memberi perhatian, menstimulasi
indera mereka dan memperoleh kesenangan dari objek yang ada di sekitarnya.
Objek tersebut seperti : cahaya, warna, rasa, aroma, tekstur, dan konsistensi
dari suatu benda. Kesenangan tersebut dapat diperoleh dengan memegang objek
tersebut.Contoh : anak bermain boneka yang mengeluarkan suara
apabila di goyang.
1.
Skill Play
Skiil play : permainan yg sifatnya
memberikan keterampilan pada anak (EX: naik sepeda).
Permainan ini memberi kesempatan pada anak untuk belajar
keterampilan tertentu dan anak akan belajar secara berulang-ulang. Contoh : anak
belajar memegang sendok berukuran kecil.
2.
Unoccupied behaviour
Unoccupied behaviour: anak tidak
memainkan alat permainan tertentu, tapi situasi atau objek yang ada disekelilingnya , yg
digunakan sebagai alat permainan (EX : jinjit jinjit, bungkuk- bungkuk, memainkan
kursi, meja dsb).Anak tidak bermain scara penuh, namun hanya berfokus
sebentar pada hal-hal yang menarik perhatiannya. Contoh : anak
memukul-mukul meja atau kursi yang dilewatinya.
3.
Dramatic Play
Dramatik Role play : anak bermain imajinasi/fantasi (EX :
dokter dan perawat)
Anak berfantasi dengan menjalankan
peran tertentu yang mereka lihat dalam kesehariannya. Contoh : anak
bermain sebagi dokter, atau bermain dagang-dagangan.
4. Games
Games : permaianan yg menggunakan
alat tertentu yg menggunakan perhitungan / skor (EX : ular tangga). Anak memilih
jenis permainan apakah permainan yang melibatkan orang lain atau anak bermain
sndiri. Contoh : anak bermain puzzel gambar atau menyusun lego.
Isi permainan terutama meliputi aspek bermain fisik, meskipun
hubungan social tidak dapat diabaikan,
kecendrungannya dari sederha ke kompleks:
a. Permainan Sosial-Afektif
Permainan ini membuat
bayi merasakan kesenanga dalam berhubungan dengan orang lain. Berbagai cara
yang dilakukan orang dewasa yang bisa membuat bayi berespon (seperti bicara,
menyentuh, mencium) membuat bayi segera belajar menstimulasi emosi dan
merespon orang tua dengan cara tersenyum, mengeluarkan suara, memulai
permainan, dan aktifitas.
b.
Permainan Rasa-senang
Merupakan pengalaman stimulasi nonsosial yang
muncul begitu saja. Objek dalam lingkungan seperti sinar, warna, rasa,
bau, dan tekstur menarik perhatian anak, merangsang indra mereka dan memberikan
kesenangan. Pengalaman rasa senang berasal ari memegang bahan mentah seperti
air, gerakan tubuh seperti diayun, dan dari pengalaman lain yang menggunakan indra
dan kemampuan tubuh.
c.
Permainan keterampilan
Bayi yang telah mampu menggenggam dan
memanipulasi, mereka akan menunjukkan dan melatih kemampuan yang baru mereka
kuasai secara terus-menerus dan berulang-ulang.
Kemuadian anak akan bertekad untuk berhasil
menunjukkan keterampilan sulit yang menimbulkan nyeri dan frustasi, misalnya
belajar naik sepeda.
d.
Perilaku unoccupied
Anak tidak bermain, tetapi memfokuskan perhatian
mereka pada hal yang menarik. Misalnya dengan melamun, memainkan pakian, atau
berjalan tampa tujuan.
e.
Permainan dramatic (simbolik) atau
pura-pura
Permainan ini dimulai pada usia bayi akhir
(11-13 bulan) dan merupakan permainan dominan pada anak usia prasekolah (3-6
tahun). Pada tahap ini anak mulai memaknai situasi, manusia, dan dunia.
Mainan anak, dan replica benda-benda dapat dijadikan sebagai media untuk
memerankan aktivitas orang dewasa misalnya memerankan perang oarng-orang di
rumahnya, berperan memakai telepon, menaiki mobil-mobilan, bahkan bisa
berkembang pada aspek diluar rumah seperti memerankan peran guru, dokter,
perawat dan lain-lain. Aktitas orang dewasa yang mereka perankan
terkadang membuat mereka bingung dan stress. Anak yang lebih besar
menjalankan tema tertentu, memerankan sebuah cerita, dan menyusun drama itu
sendiri.
f.
Permainan Game
Permainan yang dlakuakn seorang anak bisa
sendirian saja ataupun dengan orang lain. Aktifitas soliter mencangkup
permainan yang dimulai ketika anak yang masih sangat kecilberpartisipasi dalam
aktifitas repetitive dan berlanjut ke permainan yang lebih rumit yang menatang
keterampilan mendiri mereka, seperti menata Puzzle dan bermain kartu. Anak yang
sangat muda berpartisispasi dalam permainan imitative sederhana seperi “petak
umpet”. Anak prasekolah belajarmenikmati permainan formal yang dimulai
dengan permainan pertahanan diri yang ritual dimainkan seperti permainan
ring-a-rosy and London Bridge. Anak prasekolah tidak terlibat dalam permainan
kompetitif sebab mereka tidak suka dengan kekalahan, akan curang untuk mendat
kemenangan, akan berusaha mengubah aturan main, membuat berbagi pengecualian
dan kesempatan untuk dirinya. Anak usia sekolah menikmati permainan yang
kompetitif seperti bermain catur, dan baseball.
KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT SOSIAL:
1.
Onlooker Play
Onlooker play : anak hanya mengamati
temannya yg sedang bermain, tanpa ada inisiatif utk ikut berpartisifasi dlm
permainan(EX : Congklak).
Anak hanya
mengamati hal yang menarik perhatiannya tanpa mau terlibat atau anak hanya
menjadi penonton yang aktif. Contoh : anak mengamati anak-anak lain
bermain sepeda.
2. Solitary Play
Solitary play : anak tampak berada dlm klp permaianan,
tetapi anak bermain sendiri dgn alat permainan yg dimilikinya. Anak asyik bermain
sendirian, namun terdapat anak lain dengan mainan yang berbeda tetapi dalam
area yang sama.
3.
Parallel Play
Parallel play : anak menggunakan
alat permaianan yg sama, tetapi antara satu anak dgn anak lain tidak terjadi
kontak satu sama lain sehingga antara anak satu dgn lainya tida ada
sosialisasi. Jenis permainan ini biasanya dilakuan oleh toddler atau
balita, dimana masing-masing anak memiliki mainan yang sama, berada dalam satu
area, namun tidak ada interaksi dan tidak saling bergantung pada anak.
Contoh : anak
mengamati anak-anak lain bermain sepeda.
4.
Assosiative Play
Associative play : permeianna ini
sudah terjadi komunikasi antara satu anak dgn anak lain, tetapi tidak terorganisasi,
tidak ada pemimpin.
Merupakan tipe bermain dimana anak
bermain dalam kelompok, dengan aktivitas yang sama, dapat
saling meminjamkan mainan, tetapi belum teorganisir dengan baik. Anak bermain
sesuai keinginan masing-masing. Contoh : anak bermain robot-robotan,
mobil-mobilan, anak bermain masak-masakan.
5.
Cooperatif Play
Cooperative play : aturan permainan dlm klp tampak lebih
jelas pada permaiann jenis ini, dan punya tujuan serta pemimpin (EX : main
sepak bola). Merupakan tipe bermain dimana anak bermain dalam kelompok
dengan permainan yang terorganisir, terencana dan ada aturan tertentu. Contoh :
anak bermain petak umpet.
Menurut karakter Sosial Permainan:
Interaksi permainan pada masa bayi adalah antara anak dan orang
dewasa. Selanjutnya interaksi dengan teman sebaya menjadi hal yang penting
dalam sosialisasi. Bayi yang egosentris dan toddler (usia 1-3 tahun)
tidak menoleransi penolakan atau penundaan, serta campur tangan.anak usia
5-6 tahun, mampu kompromi dan panengah perselisihan. Tipe-tipe permainannya
yaitu:
a.
Permainan pengamat
Anak memperhatikan aktifitas dan interaksi anak
lain dengan minat aktif tampa terlibat dan berpartisipasi.
b.
Permainan tunggal
Anak bermain sendiri dengan mainan yang berbeda
dengan anak yang lain ditempat yang sama. Mereka asik sendiri tampa berniat
mendekati atau berbicara dengan anak yang lain.
c.
Permainan parallel
Anak bermain secara mandiri diantara anak-anak
lain dengan mainan yang sama. Mereka tampak kimpak, tetapi tidak saling
mempengaruhi, t idak ada assosiasi kelompok, dan tidak bermain bersama
d.
Permianan assosiatif
Anak bermain bersama, mengerjakan
aktifitas serupa dan sama, tetapi tidak ada organisasi, pembagian kerja,
penetapan pemimpin, atau tujuan bersama. Anak meminjam dan meminjami material
permainan, saling mengikuti dengan mengendarai wangon, dan sepeda roda tiga.
Kadang mengontrol siapa yang boleh bergabung dan siapa yang tidak boleh
bergabung dalam kelompok itu.
e. Permainan cooperative
Anak bermain secara berkelompok, mendiskusikan
dan merencanakan aktifitas untuk pencapaian akhir. Terdapat rasa saling
memiliki dan tidak memiliki yang nyata. Tujuan dan pencapaiannya memerlukan
pengorganisaian aktifitas, pembagian kerja dan peran bermian.
BENTUK-BENTUK PERMAIANAN BERDASARKAN KELOMPOK USIA :
A. Umur 1 bulan (sense of pleasure
play).
- Visual :dpt melihat dgn jarak dekat
- Audio : berbicara dgn bayi
- Taktil : memeluk, menggendong
- Kinetik : naik kereta, jalan-jalan.
- Visual :dpt melihat dgn jarak dekat
- Audio : berbicara dgn bayi
- Taktil : memeluk, menggendong
- Kinetik : naik kereta, jalan-jalan.
B. . Umur 2-3 bln
- Visual : memberi objek terang,membawa bayi keruang yang berbeda .
- Audio :berbicara dgn bayi,memyanyi
- Taktil : membelai waktu mandi, menyisir rambut.
- Visual : memberi objek terang,membawa bayi keruang yang berbeda .
- Audio :berbicara dgn bayi,memyanyi
- Taktil : membelai waktu mandi, menyisir rambut.
C.
Umur 4-6 bln
- Visual : meletakkan bayi didepan kaca, memebawa bayi nontong TV.
- Audio : mengajar bayi berbicara, memanggil namanya, memeras kertas.
- Kinetik : bantu bayitengkurap, mendirikan bayi pada paha ortunya.
- Taktil : memberikan bayi bermain air.
- Visual : meletakkan bayi didepan kaca, memebawa bayi nontong TV.
- Audio : mengajar bayi berbicara, memanggil namanya, memeras kertas.
- Kinetik : bantu bayitengkurap, mendirikan bayi pada paha ortunya.
- Taktil : memberikan bayi bermain air.
D. Umur 7-9 bln
- Visual : memainkan kaca dan membiarkan main dgn kaca serta berbicara sendiri.
- Audio : memanggil nama anak, mngulangi kata-kata yg diucapkan seperti:mama,papa
- Taktil : membiarkan main pada air mengalir.
- Kinetik : latih berdiri, merangkap, latih meloncat.
E. Umur 10-12 bln
- Visual : Memperlihatkan gambar terang dlm buku.
- Audio : membunyikan suara binatang tiruang, menunjukkan tubuh dan menyebutnya.
- Taktil : membiarkan anak merasakan dingin dan hangat, membiarkan anak merasakan
- Visual : memainkan kaca dan membiarkan main dgn kaca serta berbicara sendiri.
- Audio : memanggil nama anak, mngulangi kata-kata yg diucapkan seperti:mama,papa
- Taktil : membiarkan main pada air mengalir.
- Kinetik : latih berdiri, merangkap, latih meloncat.
E. Umur 10-12 bln
- Visual : Memperlihatkan gambar terang dlm buku.
- Audio : membunyikan suara binatang tiruang, menunjukkan tubuh dan menyebutnya.
- Taktil : membiarkan anak merasakan dingin dan hangat, membiarkan anak merasakan
angin.
- Kinetik : memberikan anak mainan besar yg dapat ditarik atau didorong, seperti:sepe
da atau kereta
- Kinetik : latih berdiri, merangkap, latih meloncat.
F. Umur 2-3 tahun
- Paralel play dan sollatary play
- Anak bermain secara spontan, bebas, berhenti bila capek, koordinasi kurang (sering
- Kinetik : latih berdiri, merangkap, latih meloncat.
F. Umur 2-3 tahun
- Paralel play dan sollatary play
- Anak bermain secara spontan, bebas, berhenti bila capek, koordinasi kurang (sering
merusak mainan
- Jenis mainan :boneka,alat masak,buku cerita dan buku bergambar.
- Associative play , dramatik play dan skill play.
- Sudah dapat bermain kelompok
- Jenis mainan : roda tiga, balok besar dgn macam-macam ukuran.
H. Usia sekolah
- Cooperative play
- Kumpul prangko, olra.
I. Masa remaja
- Anak lebih dekat dgn kelompok
- Olra, musik,komputer, dan bermain drama
- Jenis mainan :boneka,alat masak,buku cerita dan buku bergambar.
- Associative play , dramatik play dan skill play.
- Sudah dapat bermain kelompok
- Jenis mainan : roda tiga, balok besar dgn macam-macam ukuran.
H. Usia sekolah
- Cooperative play
- Kumpul prangko, olra.
I. Masa remaja
- Anak lebih dekat dgn kelompok
- Olra, musik,komputer, dan bermain drama
DAFTAR PUSTAKA
Bates,
Barbara. 1997. Buku Saku Pemeriksaan fisik
dan Riwayat Kesehatan. Edisi 2. Jakarta: EGC
Hidayat,
Aiziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu keperawatan Anak. Buku 1. jakarta:
Salemba Medika.
Sacharin, Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Wong, Donna L. 2003 Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar